Jabarhotnews – Nama Frans Manansang, salah satu tokoh penting di balik pendirian Taman Safari Indonesia (TSI), mendadak menjadi perhatian luas warganet.
Namanya kembali mencuat setelah muncul pengakuan dari para mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) yang menuduh adanya praktik kekerasan dan pelecehan selama mereka berada di bawah naungan sirkus tersebut.
Dugaan kekerasan yang diungkap oleh para eks pemain sirkus itu tidak hanya menyasar sistem kerja keras yang mereka jalani, tapi juga menyebut langsung nama Frans Manansang sebagai pelaku kekerasan fisik, bahkan pelecehan.
Frans sendiri dikenal sebagai anak dari Hadi Manansang, pendiri utama Taman Safari Indonesia.
Ia memiliki dua saudara, Jansen Manansang dan Tony Sumampau, yang juga turut terlibat dalam pengembangan lembaga konservasi tersebut.
Ketiga bersaudara ini bahkan sempat mendokumentasikan perjalanan mereka dalam buku berjudul “Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen”.
Buku itu memuat kisah tentang perjuangan Hadi dan ketiga putranya dalam membangun TSI dari nol.
Namun, bayang-bayang sukses tersebut kini dibayangi oleh tuduhan-tuduhan serius.
Salah satu mantan pemain sirkus yang mengaku menjadi korban kekerasan fisik adalah Vivi.
Ia menyatakan bahwa perlakuan tidak manusiawi yang ia alami berasal langsung dari Frans Manansang.
“Saya kabur karena sering disiksa, disuruh latihan, dipukulin,” ujar Vivi dalam keterangan Saat orang-orang tidur, saya tetap disuruh latihan, akhirnya jam 1 malam saya nekat kabur sendirian dari rumah Pak Frans,” ujar Vivi dalam sebuah pernyataan kepada media dikutip dari Instagram Wamen HAM, Mugiyanto pada Rabu, 16 April 2025.
Vivi mengaku insiden tersebut terjadi ketika usianya masih sangat muda, saat dirinya menjadi bagian dari pertunjukan sirkus di TSI Cisarua, Bogor.
Pengalamannya mencerminkan betapa kerasnya tekanan fisik yang ia alami selama masa itu.
Senada dengan Vivi, Butet yang juga pernah menjadi bagian dari pertunjukan sirkus, menyampaikan kesaksian serupa.
Ia menyebut nama Frans Manansang sebagai sosok yang paling sering melakukan kekerasan fisik terhadap para pemain.
“Waktu itu yang paling sering (melakukan kekerasan) adalah Frans Manansang,” kata Butet dalam sebuah kesempatan.
Tudingan yang dialamatkan kepada Frans bukan tanpa dasar.
Banyak dari pengakuan korban yang memiliki kemiripan kronologis, mulai dari kekerasan saat latihan hingga larangan mendapatkan hak dasar seperti istirahat dan kebebasan beraktivitas.
Respons publik pun tidak kecil.
Nama Frans Manansang menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.
Banyak netizen menyuarakan dukungannya kepada para korban dan mendesak adanya penyelidikan mendalam terhadap kasus ini.
Mereka juga mempertanyakan tanggung jawab moral para pendiri lembaga konservasi besar seperti TSI, yang justru diduga terlibat dalam praktik kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan yang bekerja di dunia sirkus.