Jabarhotnews – Dunia siber kembali diguncang oleh serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah, dengan total lalu lintas data mencapai 37,4 terabyte hanya dalam 45 detik.
Insiden ini berhasil digagalkan oleh perusahaan keamanan internet ternama, Cloudflare.
Serangan ini menargetkan satu alamat IP korban, yang dibanjiri trafik berbahaya hingga 7,3 terabit per detik (Tbps).
Cloudflare menyatakan bahwa volume data serangan ini setara dengan 9.000 film kualitas High Definition (HD) yang semuanya dikirim dalam waktu kurang dari semenit.
“Total jumlah data yang dikirim ke target adalah 37,4 terabyte, yang mungkin tidak terlihat luar biasa pada pandangan pertama,” tulis Cloudflare dalam blog resminya, dikutip Minggu 22 Juni 2025.
Namun, kata Cloudflare, yang membuat serangan ini mencengangkan adalah kecepatan dan intensitas pengiriman data, yang berlangsung dalam waktu super singkat.
Adapun pelaku memanfaatkan protokol User Datagram Protocol (UDP) sebagai vektor utama.
Sebagai informasi, UDP sering digunakan dalam aplikasi real-time seperti video streaming, gim online, dan rapat virtual, karena tidak memerlukan proses verifikasi dua arah (handshake) seperti protokol TCP.
Kelebihan UDP inilah yang kemudian dieksploitasi.
Dengan mengirimkan data tanpa proses verifikasi, target bisa menerima limpahan trafik dalam jumlah besar secara simultan.
Selain UDP flood, pelaku juga memanfaatkan serangan refleksi.
Teknik ini bekerja dengan memalsukan alamat IP korban lalu mengirim permintaan ke server pihak ketiga, seperti Network Time Protocol (NTP), protokol Quote of the Day (QOTD), atau Echo yang akan membalas ke alamat IP milik korban.
Akibatnya, korban menerima banjir data dari berbagai sumber tanpa pernah memintanya.
Meski serangan ini terbilang ekstrem dan belum pernah terjadi sebelumnya, Cloudflare memastikan tidak ada kerusakan signifikan karena sistem mitigasi mereka berhasil menangkal seluruh arus trafik berbahaya tersebut.