Jabarhotnews – Sebagian publik di Tanah Air sedang ramai memberikan perhatian terhadap peristiwa tragis menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang ditemukan tewas setelah terpeleset dan jatuh ke jurang di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu, 21 Juni 2025 lalu.
Jenazah Juliana pun kini telah dievakuasi oleh tim SAR gabungan tiga hari kemudian, pada 25 Juni 2025 dalam kondisi tidak bernyawa di kedalaman sekitar 600 meter.
Salah satu sosok yang menjadi sorotan dalam proses evakuasi ini adalah Abdul Haris Agam, atau yang lebih dikenal dengan nama Agam Rinjani.
Relawan asal Lombok itu diketahui ikut terjun langsung ke lapangan untuk membantu pencarian dan evakuasi jenazah Juliana, yang sempat dilaporkan hilang setelah terjatuh.
Terkini, Agam menceritakan kronologi lengkap peristiwa tersebut dalam wawancara dalam siniar Podcast YouTube Denny Sumargo pada Rabu, 2 Juli 2025.
Dalam perbincangan itu, Agam memberikan penjelasan mendalam mengenai kondisi medan yang dihadapi serta situasi saat proses evakuasi berlangsung.
“Medan di Rinjani itu sangat terjal, ditambah suhu yang dingin dan berkabut. Prosesnya benar-benar menguji fisik dan mental,” ujar Agam.
Agam menjelaskan, titik jatuhnya Juliana sempat tidak diketahui secara pasti karena posisi jenazah berpindah-pindah.
Perubahan ini diduga karena tubuh korban terbawa oleh pergerakan di lereng jurang yang curam dan berbatu.
Perihal itu, Agam menuturkan berdasarkan temuan di lapangan, Juliana terjatuh dari ketinggian sekitar 800 meter dari puncak.
Saat dirinya dan tim SAR berhasil menjangkau lokasi, Juliana telah dalam kondisi tidak bernyawa.
“Saat kami temukan, dia sudah meninggal. Saya sebenarnya sudah menduga karena jatuhnya itu dalam sekali,” kata Agam dengan nada sedih saat menjelaskan kondisi jenazah korban.
“Dia patah kaki, kepala retak, sepatunya copot, kalungnya lepas. Sudah tidak ada harapan saat kami tiba,” imbuhnya sembari menunjuk bagian-bagian tubuh yang mengalami luka fatal.
Di sisi lain, Agam mengaku merasa sangat bersalah karena tidak dapat langsung membantu saat insiden terjadi.
Relawan tim evakuasi jenazah Juliana Marins itu mengungkapkan saat kejadian, dirinya sedang berada di Jakarta dan tidak bisa segera kembali ke Lombok.
“Menyesal saya ada di Jakarta waktu itu. Padahal sudah ada firasat. Tapi saya tetap main di Jakarta sama teman-teman,” ucap Agam.