Jabarhotnews – Eskalasi pertempuran Iran vs Israel kian meningkat sejak militer dari negara yang dikepalai Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu itu memulai serangan pada 13 Juni 2025.
Iran kini dilaporkan kembali menghujani pusat kota Tel Aviv, Israel usai sebelumnya tiga fasilitas nuklir Iran yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan menjadi sasaran bom Amerika Serikat (AS) yang turut membantu agresi Israel dalam konflik ini.
Menilik dari sisi yang lain, terdapat pesawat misterius yang diduga berjenis ‘Boeing 747’ terdeteksi meninggalkan China menuju Iran sejak sepekan terakhir meski di tengah gejolak peperangan Iran vs Israel.
Sejumlah laporan media dan data dari FlightRadar24 menyatakan sedikitnya ada lima penerbangan dari China ke Iran sejak 14 Juni 2025 lalu.
Temuan ini memicu kekhawatiran sebagian publik terkait Partai Komunis China (PKC) tengah membantu Iran dalam mengangkut kargo atau orang keluar dari negara tersebut di tengah gempuran Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
“Pesawat-pesawat kargo misterius ini terbang ke arah barat melewati wilayah utara China, kemudian memasuki Kazakhstan, melintasi Uzbekistan dan Turkmenistan, sebelum akhirnya menghilang dari radar saat mendekati Iran,” demikian laporan terkait pesawat misterius dari China itu sebagaimana dilansir dari The Telegraph pada Senin, 23 Juni 2025.
Laporan itu juga menyebut penerbangan-penerbangan asal China itu memiliki tujuan akhir di Luksemburg, namun tidak ada bukti bahwa mereka pernah benar-benar memasuki wilayah udara Eropa.
Terpisah, Direktur Pusat Pertahanan Nasional di Heritage Foundation, Robert Greenway berspekulasi jenis pesawat tersebut biasanya digunakan untuk keperluan transportasi dan dapat menjadi indikasi bahwa China tengah membantu sekutu lamanya, Iran, dalam konflik melawan Israel.
Kendati demikian, kantor berita asal AS, Fox News Digital belum dapat mengonfirmasi secara independen tujuan atau isi dari penerbangan-penerbangan misterius di langit Iran tersebut.
“Saya rasa penting untuk mengingat hubungan antara keduanya. Sekitar 43 persen kebutuhan minyak dan gas China berasal dari Timur Tengah, dan sebagian besar di antaranya dari Iran,” kata Greenway sebagaimana dikutip dari Fox News, pada Senin, 23 Juni 2025.
Greenway kemudian menilai, China senang membeli minyak yang sedang dikenai sanksi dengan harga di bawah pasar global.
“Itu yang menggerakkan perekonomian China sekaligus ambisi militernya. Jadi, itulah inti dari hubungan mereka (Iran dan China),” tukasnya.
 
			 
		    
















